Al - Kindi filosof Muslim pertama



Al –Kindi Filosof Muslim Pertama
  1. Pendahaluan
Filsafat muslim, sebagaimana sejarah muslim umumnya , telah melewati lima tahap yang berlainan. Tahap pertama berlangsung dari abad ke 1 H/7 hingga jatuhnya baghdad. Tahap ke dua adalah tahap keguncangan- keguncangan selam setengah abad. Tahap ke tiga merentang dari awal abad ke 4/14 hingga awal abad ke -12/18. Tahap keempat merupakan tahap paling menyedihkan , berlangsung selama satu setengah abad. Inilah zaman kegelapan islam. Tahap kelima bermula pada pertengahan abad ke- 13/19, yang merupakan periode renaisans modern. Dengan demikian, sejarah filsafat Muslim mengalami dua kali pasang surut. Dan kini menunjukan tanda –tanda kebangkitan kembali.
Al –kindi adalah Seorang filosof muslim pertama yang mampu mengislamkan cara berfikir para filosof Yunani dan mencoba memasukannya ke dalam filsafat islam.
Meskipun berawal dari seorang penerjemah khalifah, akan tetapi filsafatnya sangat mempengaruhi para filosof muslim selanjutnya.
Di dalam makalah ini penulis akan membahas tentang biografi dan sedikit menyinggung filsafat Islam Al –kindi.

  1. Masa hidupnya
Al –kindi ( 185 H/801 M – 260 H/873 M ) adalah seorang filosof Muslim pertama. Pengetahuan filsafat pada abad ke -2 H/ke -8 M berada du tangan orang –orang kresten Syiria, terutama para dokter. Mereka mulai menerjemahkan karya –karya berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab atas dorongan Khalifah. Sebagai Muslim Arab pertama yang mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat, Al –kindi patut di sebut “ ahli filsafat Arab”.
 Nama lengkap Al –kindi adalah : Abu Yusuf Ya’qub ibn Ishaq Ibn Sabbah Ibn Imran Ibn Ismail al –Ash’at  Bin Qais Al –kindi. Kindah adalah salah satu suku Arab besar pra _islam. Kakeknya, al-Ash’ats Ibn Qais, memeluk Islam dan di anggap sebagai salah seorang sahabat Nabi SAW. Al-Ash’ats bersama beberapa perintis Muslim pergi ke Kuffah, tempat ia dan keturunannya mukim. Ayah Al –kindi, ishaq al-sabbah, menjadi gubernur kuffah selama kekhalifahan Abbasiyah Al –mahdi dan Ar-rasyid. Kemungkinan basar al-kindi lahir pada tahun Al-rasyid meninggal.[1]
Kufah dan basrah, pada abad ke -2 H/ ke -8 M dan ke -3 H/ke -9 M, merupakan dua pusat kebudayaan islam yang bersaingan. Kufah lebih cenderung  kepada studi –studi aqliah dan dalam lingkungan intelektual inilah Al –kindi melewatkan masa kanak –kanaknya. Dia menghafala Al-qur’an, mempelajari tata bahasa Arab, kurikulum bagi semua anak Muslim. Ia kemudian mempelajari fiqh dan disiplin baru yang di sebut kalam. Tetapi tampaknya ia lebih tertarik kepada ilmu pengetahuan dan filsafat. Yang kepada keduanya ia mengabdikan seluruh sisa hidupnya, terutama setelah ia pindah ke baghdad. Pengetahuan lengkap tentang ilmu dan filsafat Yunani bisa di peroleh dengan menguasai dua bahasa Yunani, dan Syiria, yang ke dalam bahasa Syuriah telah banyak bahasa Yunani yang di terjemahkan. Al-kindi  memepelajari bahasa Yunani, tetapi ia menguasai bahasa Syiria, yang dengan nya ia menerjemahkan beberapa karya. Ia juga memperbaiki beberapa terjemahan bahasa Arab, seperti terjemahan Enneads-nya Plotinus oleh Al-Himsi, yang sampai kepada orang –orang arab sebagai salah satu karya Aristoteles. Al-qifti, sang penulis biografi, mengatakan bahwa Al –kindi banyak menerjemahkan banyak buku filsafat.

  1. Karya –karyanya
Sebagian besar karya Al –kindi ( berjumlah sekitar 270 buah ) hilang. Ibn Al –Nadim dan yag mengikutinya, Al-qifti, mengelompokaan tulisan –tulisan Al –kindi, yang kebanyakan berupa risalah –risalah pendek, menjadi tujuh belas kelompok yaitu : filsafat, logika, ilmu hitung, globular, musik, astronomi, geometri, sperikal, medis, astrologi, dialektika, psikoloogi, politik, meterologi, dimensi, benda –benda pertama, spesies tertentu logam dan kimia, dan lain –lain.
Gambaran ini menunjukan betapa luasa pengetahuan Al –kindi. Beberapa karya ilmiahnya telah di terjemahkan oleh Gerard dari Cremona ke dalam bahasa Latin, dan karya –karyanya itu sangat mempengaruhi pemikiran Eropa pada abad pertengahan. Cardano menganggap Al –kindi sebagai salah satu dari dua belas pemikir terbesar.
  1. Filsafat Al –kindi
Menurut Al –kindi, hendaknya di terima sebagai bagian dari kebudayaan Islam. Berdasarkan ini, para sejarawan Arab awal menyebutnya “Filosof Arab”. Memang, gagasan –gagasannya itu berasal dari Aristotelianisme Neo –platonis, memang juga benar bahwa ia meletakan gagasan –gagasan itu dalam konteks baru. Dengan mendamaikan warisan –warisan Hellenistis dengan Islam, ia meletakan asas –asas sebuah Filsafat baru. Sunggu, pendamaian ini, untuk jangka lama, menjadi ciri utama filsafat ini. Kemudian, Al-kindi, yamg menghususkan diri dalam semua ilmu pengetahuan yang di kenal pada masanya –tentangnya , tulisan tulisannya memberikan cukup bukti menjadikan filsafat sebagai suatu studi menyeluruh yang mencakup semua ilmu.[2]
Filsafat merupakan pengetahuan tentang kebenaran. Filosof Muslim, sebagaimana Filosof Yunani, percaya bahwa kebenaran  jauh berada di atas pengalaman. Bahwa kebenaran itu abadi di alam adialami. Batasan filsafat, dalam risalah Al –kindi tentang Filsafat Awal, berbunyi demikian “ Filsafat adalah pengetahuan tentang hakekat segala seduatu dalam batasan – batas kemampuan  manusia, karena tujuan para filosof dalam teori adalah mencapai kebenaran, dan dalam berpraktek , ialah menyesuaikan dengan kebenaran.” Pada akhir risalahnya, ia menyifati Allah dengan istilah “ kebenaran”, yang merupakan tujuan filsafat.
  1. Keselarasan Filsafat dan Agama
Al –kindi mengarahkan filsafat Muslim ke arah kesesuaian antara filsafat dan agama.[3] Filsafat berlandaskan akal pikiran, sedang agama berdasarkan wahyu. Logika merupakan metode filsafat; sedang iman, merupakan kepercayaan kepada hakekat hakekat yang di sebutkan di dalam Al –qura’an sebagaimana di wahyukan Allah kepada nabinya, merupakan jalan agama. Sejak awal sekali orang –orang agama tidak mempercayai filsafat dan Filosof. Para filosof di serang sebagai pembuat bid’ah. Al –kindi harus membela diri dari tuduhan orang –orang agama bahwa “ mengetahui hakekat segala sesuatu adalah kufur”.[4] Sebaliknya al –kindi menuduh orang –orang beragama tak agamis dan menjual agama. “ mereka berselisih dengan orang –orang beik dalam membela kedudukan yang tidak benar, yang telah mereka peroleh tanpa memberikan manfaat, dan hanya untuk memperoleh kekuasaan dan menjual agama.”
Keselarasan antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga alasan:
1.      Ilmu agama merupakan bagian dari filsafat.
2.      Wahyu yang di turunkan kepada nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian.
3.      Menuntut ilmu, secara logika, di perintahkan dalam agama.
Filsafat merupakan pengetahuan tentang hakekat segala sesuatu, dan ini mengandung teologi ( Ar-rububiyah ), ilmu tauhid, etika, dan seluruh ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
Apalagi para nabi telah memerintahkan untuk mencari kebenaran dan berbuat kebajikan. “ keseluruhan ilmu yang bermanfaat dan jalan untuk memperolehnya, penghindaran dari segala yang mudhorot dan mencegahnya – pencapaian semua ini, merupakan yang di nyatakan, atas nama Allah, oleh nabi –nabi. Para nabi telah menyatakan kemahaesaan Allah, kebajikan yang di perlehnya, dan oenolakan kekejian yang bertentangan dengan kebajikan diri.”
Demikian pula, pencarian filsafat adalah perlu, karena hal itu “ perlu atau tak perlu. Bila para teolog ( yang menentang pencarian filsafat ) mengatakan bahwa hal itu perlu, maka mereka harus mempelajarinya; bila mereka mengatakan bahwa hal itu tak perlu maka mereka harus mencari alasan untuk hal ini, dan memaparkannya. Pemberian alasan dan pemaparannya merupakan bagian dari pencarian pengetahuan tentang hakekat. Maka dari itu, mereka perlu memiliki pengetahuan ini dan menyadari bahwa mereka harus memperolehnya.
  1. Kesimpulan

Al –kindi adalah seorang muslim arab pertama yang tidak hanya mempelajari ilmu pengetahuan, akan tetapi juga mempelajari filsafat. maka patut jika ia di sebut “ahli filsafat Arab”. Selain itu, Al –kindi juga seorang filsuf muslim pertama yang mampu mengaitkan antara ajaran agama dan filsafat. karena menurutnya, filsafat itu sendiri dapat di terima sebagai bagian dari kebudayaan Islam di sebabkan karena pada hakekatnya filsafat adalah pengetahuan tentang kebenaran. Sedangkan islam sendiri adalah agama untuk mencapai kebenaran.
Oleh karena itu, Al –kindi menyatakan bahwa ajaran agama Islam termasuk  bagian dari  filsafat. Karena wahyu yang di turunkan kepada nabi Muhammad dan kebenaran filsafat saling bersesuaian. Oleh karenanya Al –kindi menyelaraskan antara agama dan filsafat berdasarkan ilmu agama dan wahyu yang di turunkan kepada nabi, yang semuanya itu bertujuan untuk mencapai suatu titik kebenaran yang abadi. Sehingga ada benang merah yang menghubungkan antara filsafat, agama dan kebenaran.

[1] Musthofa ‘Abdul al-raziq, mengikuti de boer, memberikan penanggalan ini. Artikel terbaik tentang biografi Al-kindi, yaitu di tulis oleh Musthofa ‘Abdul al-raziq.
[2] M.M. Syarif , M.A. para filosof muslim , penerbit mizzan, bandung ,hal 12.
[3] ibid

  • [4]  El-Ehwani, Ed. “Filsafat pertama” Kairo 1948 h. 82.

0 Komentar

Terlama

SPONSORS

stock images10,000 FREE FACEBOOK FANSFree Blogger TemplatesPremium WordPress Themes